Video viral menunjukkan anak-anak yang kembali ke rumah untuk bertemu keluarga tetapi ditolak. Agen Judi Resmi
Ternyata video itu adalah film pendek di Magetan.
Durasi film pendek yang hanya 29 detik dengan penempatan kamera yang sedikit miring tidak mengurangi keberhasilan film yang dibuat oleh relawan Covid-19, Desa Tegal Arum.
Lihat detail
Video ayah viral yang menolak kembalinya anak (HO)
Film ini bercerita tentang seorang ayah yang memilih untuk menutup pintu karena dia khawatir tentang penularan Virus Corona ketika putranya pulang ke rumah menjadi sorotan warga net di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Sang ayah buru-buru menutup gerbang ketika putranya membawa tas punggung dengan istrinya berada di depan rumah.
Keduanya terlihat ribut tentang bocah lelaki yang akan pulang di tengah pandemi Corona. Bandar Ceme Online Terbaik dan Terpercaya
Video pendek, yang difilmkan di Desa Tegal Arum, Kabupaten Magetan, diunggah oleh pemilik akun Ayam KinG “di Facebook pada 19 April 2020 pukul 20:40 WIB.
Hingga Rabu (22/4/2020), unggahan telah dilihat oleh 411.748 warga, merespons 636 dan mengomentari sebanyak 130 komentar.
Sekretaris Desa Tegal Arum, Suwardi, ketika ditemui di kantornya, Rabu (22/4/2020) mengatakan film pendek itu adalah ide para relawan dari kelompok Covid-19 Desa Tegal Arum agar warga desa tidak pergi. rumah selama Lebaran selama pandemi Virus Corona. Situs Poker idn Terbaru 2020
“Saya juga bermain di film itu,” katanya. Diangkat dari kenyataan Meskipun dapat dikatakan bahwa tindakan seorang ayah itu tidak etis, tetapi siapa sangka jika kejadian yang digambarkan dalam film tersebut adalah gambaran nyata di desa Tegal Arum.
Suwardi mengatakan, sejumlah insiden seperti film sudah sering ditemukan jika ada tamu dari luar desa yang enggan mematuhi aturan mencuci tangan sebelum berkunjung.
Hampir semua rumah di Desa Tegaal Arum dilengkapi dengan sabun dan pembersih tangan.
“Menutup pagar adalah hal yang relatif di sini. Kemarin ada seorang pengantar yang tidak diizinkan masuk ke rumah karena dia belum mencuci tangannya,” tambahnya.
Suwardi mengakui, sosialisasi itu tidak pulang ketika Lebaran melalui film pendek ternyata cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada lebih dari 350 warga Desa Tegal Arum yang bekerja di sejumlah kota besar seperti Surabaya, Jakarta dan bahkan luar negeri seperti Korea.
Kemudahan jaringan internet memudahkan ratusan warga Desa Tegal Arum di luar kota dan luar negeri untuk mengakses film pendek.
Tegal Arum sendiri memiliki 3.441 jiwa.
“Ada warga di sini di Kalimantan melalui WA yang mengatakan mereka tidak pulang. Dengan menonton film, mereka tahu bahwa pulang ke rumah akan menyusahkan bagi penduduk,” katanya.
Film pendek yang diproduksi oleh relawan ternyata memiliki 2 seri.
Jika dalam seri pertama anak yang pulang untuk Lebaran ditolak oleh ayahnya dan mengirim anak ke balai desa untuk menjalani pemeriksaan dan karantina, maka pada seri kedua menggambarkan anak yang menjalani karantina sampai selesai.
“Dalam seri kedua ini ada pesan dari kepala desa bahwa jika mereka bertekad untuk pulang, maka penduduk harus menjalani karantina selama 14 hari. Ini baru saja selesai syuting sebelumnya,” kata Suwardi.
Memaksakan isolasi independen yang ketat Melalui film pendek itu, kata Suwardi, Desa Tegal Arum menerapkan aturan ketat untuk tamu dari luar desa dan luar kota selama pandemi Covid-19.
Sejumlah warga Desa Tegal Arum yang bekerja di Surabaya bahkan diawasi dengan ketat ketika pulang ke rumah pada akhir pekan.
Sementara di rumah, mereka diharuskan untuk melakukan isolasi independen.
Mencuci tangan dan memakai topeng adalah wajib bagi penduduk desa dan tamu dari desa lain yang berkunjung ke sana.
“Intinya, film itu meminta warga Desa Tegal Arum di luar kota dan luar negeri untuk tidak pulang, dan mereka paham dengan keberadaan film itu,” pungkas Suwardi. (*)