Ternyata Cinta Pertama Soekarno Ada Di Jepang, Bukan Ratna Sari Dewi

0
324
Ternyata Cinta Pertama Soekarno Ada Di Jepang, Bukan Ratna Sari Dewi
Ternyata Cinta Pertama Soekarno Ada Di Jepang, Bukan Ratna Sari Dewi

Selama ini Ratna Sari Dewi dikenal sebagai wanita Jepang yang sangat disayangi oleh Soekarno. Togel Online Terbaik 2021 Perkasa Jitu Togel

Namun sebelum Ratna Sari Dewi, Soekarno rupanya telah jatuh cinta dengan wanita Jepang lainnya.

Siapa sosok ini? Dan bagaimana kabarmu sekarang?

Sakiko Kanase, wanita Jepang yang pertama kali merebut hati Soekarno.

Ia pernah menjadi model, diperkenalkan ke Soekarno di Kyoto pada tahun 1958.

Hal ini ditulis oleh akademisi Universitas Akita, Yoshimi Miyake dalam artikel berjudul Aspek Politik dan Budaya dari Kompensasi Perang Jepang ke Indonesia.

Di penghujung tahun 1958, Sakiko berangkat ke Jakarta untuk menjadi kekasih Soekarno.

Ia terdaftar sebagai tutor privat pada salah satu anak perusahaan karyawan perusahaan Jepang bernama Kinoshita Trading Company di Jakarta, dipanggil Bu Basuki. Agen Togel Terbaik 2020 Ngamen Jitu

Pernikahan Sakiko dengan Soekarno berlangsung di sebuah hotel di Tokyo.

Mengutip Tribunnews dalam laporan wartawan, Richard Susilo yang mewawancarai teman ibu Sakiko Kanase, teman ini hadir di pesta pernikahan.

Sosok Yoshiko Sawada (80) menceritakan kesaksiannya melihat kedekatan Kanase dengan Soekarno.

Apakah Anda mengenal Sakiko Kanase dengan baik?

“Saya teman baik ibu Sakiko, jadi saya kenal baik dengan anak itu,” kata Yoshiko kepada Tribunnews.com, Selasa (18/7/2017).

Benarkah Presiden Soekarno menikah dengan Sakiko?

“Nah, saya hadir di pesta pernikahan untuk melihat upacara pernikahan di Tokyo saat itu,” ujarnya. Bandar Togel Terbaik Ngamen togel

Bukankah itu salah dengan Presiden Soekarno?

“Memang Presiden Soekarno tidak salah.”

Dimana pernikahan akan diadakan?

“Di Hotel Daiichi di Ginza dan saat ini hotel tersebut masih ada,” tambahnya.

Lalu bagaimana kelanjutan Sakiko setelah menikah dengan Presiden Soekarno?

“Saya dengar dari ibunya, Sakiko dibawa ke Jakarta, Indonesia pada tahun 1958 dan akhirnya bunuh diri.

“Setelah itu, ia menikah dengan wanita Jepang bernama Dewi Soekarno.

“Jadi Dewi perempuan Jepang kedua yang dinikahi Soekarno,” ucapnya.

Mengapa Anda bunuh diri

Nasib tragis memang menjemput Sakiko di akhir hidupnya.

Di sebuah kediaman elit di Menteng, Jakarta, Sakiko mengakhiri hidupnya dengan memotong urat nadinya pada 30 September 1959.

Saat itu ia telah memeluk Islam dan namanya diganti menjadi Saliku Maesaroh, namun nyatanya ia meninggal muda.

Dalam buku Paradox Revolusi Indonesia (2010), Lambet Giebels mengatakan alasan Sakiko mengakhiri hidupnya adalah “malu karena hostesu kedua, Dewi, menjadi istri kesayangan Soekarno”.

Nyonya rumah, nama pekerjaan wanita di klub malam. Pekerjaan membanjiri Jepang, dan ini merupakan pekerjaan yang cukup mewah bagi wanita Jepang.

Menurut majalah Vanity Fair volume 55 (1992: 133), Sakiko bekerja di sebuah klub malam bernama Benibasha di Tokyo, sedangkan Dewi juga bekerja di klub tersebut sebelum pindah bekerja di klub Copacabana.

Dari catatan Masashi Nishihara di Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Perang Pampasan 1951-1966 (1994), Dewi atau Naoko Nemoto lahir pada tahun 1940 di Tokyo, menjadi anak ketiga dari seorang pekerja konstruksi yang kondisi keuangannya sedang tidak baik.

“Naoko harus bekerja sebagai pramuniaga untuk perusahaan asuransi jiwa Chiyoda sampai dia lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) pada tahun 1955, tetapi setahun kemudian, dia mengundurkan diri dan bekerja sebagai nyonya rumah klub malam,” catat Masashi.

Copacabana, tempat terakhirnya bekerja sebagai nyonya rumah, adalah klub yang sering dikunjungi orang asing.

Soekarno ‘diguncang’ oleh dua gundik Jepang

Petualangan cinta Sang Proklamator ironisnya menjadi kelemahan yang dilihat oleh orang Jepang saat itu.

Ternyata, Sakiko dan Naoko adalah dua dari empat perempuan yang dihadirkan oleh dua kompi Jepang kepada Soekarno setelah perjanjian ganti rugi perang Jepang dengan Indonesia disepakati.

Perusahaan pertama adalah Kinoshita Trading Company milik Kinoshita Sigeru, perusahaan kedua adalah Tonichi Trading Company milik Kubo Masao. Kinoshita merupakan perusahaan kelas menengah, sedangkan Tonichi merupakan perusahaan kecil yang baru lahir pada tahun 1952.

Kehadiran kedua perusahaan tersebut dinilai janggal karena proyek perbaikan pampasan perang dianggap proyek besar, seharusnya dilakukan oleh perusahaan sejelas Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo Trading dan lain-lain.

Nah, keduanya bisa mendekati Soekarno karena tidak hanya mengandalkan kedekatan politik dengan pejabat Jepang, tapi juga memanfaatkan kelemahan Soekarno yang gampang tertarik pada perempuan.

Kinoshita sangat dermawan dalam menyambut rombongan Soekarno dan rombongannya di Jepang pada tahun 1958. Ia menghabiskan sekitar 100.000 dolar AS selama mereka menginap. Akibat pemborosan ini, Kinoshita gagal bersaing untuk proyek yang didanai oleh pampasan perang dengan perusahaan Mitsui.

Kisah cinta almarhum Soekarno dengan 9 orang istrinya, antara lain Fatmawati, Hartini, Inggit Garnasih dan Ratna Sari Dewi atau Dewi Soekarno.
Kisah cinta almarhum Soekarno dengan 9 orang istrinya, antara lain Fatmawati, Hartini, Inggit Garnasih dan Ratna Sari Dewi atau Dewi Soekarno. (Collage TribunNewsmaker.com/ Arsip Negara)
Ibukota Kinoshita bukan hanya wanita dan hiburan. Perusahaan ini memiliki hubungan erat dengan Perdana Menteri Jepang saat itu, Nobusuke Kishi. Jejak Kishi dalam Perang Dunia II kuat. Pada tahun 1944 ia menjadi menteri di Kabinet Jenderal Tojo. Setelah Perang Dunia II, ia didakwa sebagai penjahat perang dan dipenjarakan di Sugamo.

Setelah menghirup udara bebas, Kinoshita mengetahui bahwa Kishi tidak dapat memegang jabatan publik sampai tahun 1952. Ia juga menawarkan posisi presiden perusahaan. Kemudian pada tahun 1952, Kishi duduk sebagai perdana menteri, kontak dengan Sukarno terjalin.

Berbeda dengan Kinoshita yang memiliki jaringan politik kelas atas, Perusahaan Tonichi bertemu Soekarno dengan cara yang unik. Salah satu direksi dengan jaringan dunia bawah, Yoshio Kodama, memberikan perlindungan dengan mengerahkan pengawal Yakuza ketika Soekarno melakukan kunjungan pribadi ke Tokyo pada tahun 1958.

Keberhasilan ini memungkinkan pemilik Tonichi, Kubo, memiliki akses pribadi ke Soekarno. Ia juga memperkenalkan Soekarno kepada Naoko Nemoto, seorang pekerja klub malam. Perkenalan ini dilanjutkan dengan pertemuan dua kali di Imperial Hotel, Tokyo, Jepang.

Setelah Soekarno kembali ke Indonesia, mereka bertukar surat. Hingga Soekarno memutuskan mengundang Naoko ke Jakarta dan tinggal selama dua minggu ditemani Kubo. Kubo tahu bahwa wanita adalah salah satu kelemahan Soekarno, maka dia membawa dua wanita Jepang lainnya.

Namun, Naoko menginformasikan kepada Soekarno dalam surat yang dikirimkannya bahwa dirinya digunakan oleh Kubo untuk keperluan bisnis. Soekarno sendiri sudah terlanjur jatuh hati pada Nemoto.

Kehadiran Naoko mematahkan semangat Sakiko. Enam belas hari kemudian, dia bunuh diri. Kabar ini membuat Soekarno menangis, namun ia tetap menikah dengan Naoko pada tahun 1961 yang kemudian diberi nama Ratna Sari Dewi Sukarno.

Pengangkatan Dewi sebagai istri Soekarno membuatnya menguasai pengusaha Jepang di Indonesia. Kabarnya, setiap pengusaha Jepang yang ingin berinvestasi harus datang ke Wisma Yaso, rumah yang dibangun Soekarno untuknya. Wisma tersebut kemudian menjadi Museum Satria Mandala.

Facebook Comments