Kecanduan Bermain Game Mobile, Bocah 12 Tahun ini Alami Beberapa Gangguan Hingga Meninggal Dunia

0
255
Kecanduan Bermain Game Mobile, Bocah 12 Tahun ini Alami Beberapa Gangguan Hingga Meninggal Dunia
Kecanduan Bermain Game Mobile, Bocah 12 Tahun ini Alami Beberapa Gangguan Hingga Meninggal Dunia

Kronologi kematian bocah berusia 12 tahun yang diduga meninggal karena kecanduan bermain game online di ponselnya. Link Alternatif Login Daftar Perkasa Jitu 2021

Sebelum meninggal, anak laki-laki itu mengalami gangguan saraf.

Hal ini membuatnya sering mengeluh sakit kepala.

Melansir TribunJabar.id, bocah berusia 12 tahun bernama Raden Tri Sakti ini diduga tewas akibat bermain game di ponselnya.

Sebelum meninggal, dia dinyatakan mengalami gangguan saraf dan membuatnya mengeluh sakit kepala.

Pemakaman Raden Tri Sakti meninggal karena gangguan saraf dan mengeluh sakit kepala. Dokter menduga terpapar radiasi ponsel, akibat kecanduan game online. (TribunJabar.id/Istimewa)

Raden Tri Sakti merupakan warga Dusun Bangkuang, Desa Salam Jaya, Kecamatan Pabuaran, Subang, Jawa Barat.

Ia dikenal sangat gemar bermain game online melalui ponselnya.

Sehingga orang menyebut dirinya kecanduan game online.

Dokter mendiagnosis Raden Tri Sakti meninggal karena gangguan saraf akibat radiasi smartphone. Link alternatif Login Daftar Ngamen Jitu 2021

Desa Salam Jaya Babinsa, Sertu Sugeng, turut memberikan informasi,

Ia mengatakan, sebelum meninggal, Raden dirujuk ke Rumah Sakit Siloam Purwakarta.

Menurut informasi dari pihak keluarga, almarhum dibawa ke RS Siloam Purwakarta bulan lalu karena kerap mengeluh sakit kepala, kata Sertu Sugeng saat dikonfirmasi Tribun melalui telepon, Rabu (24/2/2021).

Sugeng mengatakan, berdasarkan hasil diagnosa dokter di Rumah Sakit Siloam, Raden Tri Sakti mengalami gangguan saraf akibat radiasi.

Ilustrasi kecanduan bermain game. (freepik.com)
“Kata dokter, ada gangguan saraf yang mungkin disebabkan radiasi ponsel,” ujarnya.

Dia menambahkan, bocah berusia 12 tahun ini sudah dirawat di rumah sakit selama dua minggu.

“Dia bilang dia juga dirawat selama 16 hari, tapi sama sekali tidak ada perubahan.” Link alternatif Login ngamen togel 2021

“Bahkan kaki dan tangannya tidak bisa digerakkan sama sekali, akhirnya korban dibawa pulang,” kata Sertu Sugeng.

Meski kondisi Raen Tri Sakti semakin parah, pihak keluarga terpaksa membawanya pulang dan melanjutkan rawat jalan.

“Mungkin karena tidak kunjung membaik, bawa makanannya pulang, tapi tetap berobat jalan di RS Siloam,” lanjutnya.

Namun, bocah berusia 12 tahun itu tak mampu bertahan hingga akhirnya meninggal dunia pada Selasa (23/2/2021).

“Yang meninggal sudah dimakamkan, tapi tidak positif Covid-19, yang jelas karena gangguan saraf,” pungkas Sertu Sugeng.

WHO Menentukan Kecanduan Game Termasuk Gangguan Mental

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengartikan kecanduan game sebagai gangguan jiwa, hal ini merupakan dampak dari terlalu banyak bermain gadget pada anak menurut psikiater.

Video game sangat lazim dalam budaya modern, terutama di kalangan anak muda, dan bisa menjadi hobi bagi sebagian besar pengguna.

Namun, bagaimana jika kecanduan game ini terjadi pada anak-anak?

Pasalnya, banyak orang tua yang membiarkan anaknya berlama-lama dengan gadget.

Pada anak-anak, gadget lebih sering digunakan untuk bermain game.

Psikiater dari RSJD Surakarta, dr. Aliyah Himawati, memberikan penjelasannya.

Menurutnya, orang tua perlu memperhatikan anaknya agar tidak ketagihan gadget.

Hal tersebut ia sampaikan melalui video chat virtual di kanal YouTube Tribunnews.com pada Kamis (25/6/2020).

Menurut dr. Aliyah yaitu sebagai berikut.

  1. Bermain Game Secara Berlebihan

Ada tiga hal utama yang mengukur anak bermain game berlebihan, termasuk frekuensi, durasi, dan intensitas.

“Ada beberapa hal yang harus kita cermati atau cermati. Pertama, main game atau memegang gadget secara berlebihan dari segi frekuensi, durasi dan intensitas,” kata Aliyah.

  1. Sulit Menentukan Prioritas

Kedua, lanjut dr. Aliyah, anak-anak lebih mengutamakan bermain game daripada tugas utamanya.

“Untuk anak sekolah mungkin tugasnya menyelesaikan tugas sekolah, karena mereka sangat senang dengan permainannya, tugas-tugasnya terbengkalai, perlu perhatian karena ini pertanda kecanduan,” ujarnya.

  1. Tetap Main Game Bahkan Saat Anda Kelelahan

Tanda selanjutnya seorang anak kecanduan game atau gadget adalah tetap bermain meski dampak fisik sudah terjadi.

Intinya jika anak tetap ngotot main game meski kelihatan capek, itu tandanya kecanduan.

Ketiga masih main-main atau memegang gadget ini meski sudah nampak dampak fisiknya sudah muncul rasa lelah tapi sudah tertahan, kata Aliyah.

“Tapi dia ditahan sampai ngantuk tapi ditahan tapi tidak tidur karena game ini seru dan terus sampai menurun, perutnya lapar tapi asyik dengan permainan jadi dia juga menunda makan,” imbuhnya.

Dampak Kecanduan Game pada Fisik Anak

Lebih lanjut dr. Aliyah menjelaskan, WHO telah menetapkan bahwa kecanduan game adalah gangguan jiwa.

Terkait hal tersebut, ia menjelaskan bahwa kecanduan game merangsang perilaku untuk terus bermain game.

Stimulus masuk ke pusat sistem penghargaan otak, yang terdiri dari sistem limbik, akumben nukleus, dan area tagmental ventral (VTA).

Akibatnya terjadilah gangguan dopamin yang menyebabkan konsentrasi terganggu, gangguan emosi, dan halusinasi.

Adapun dampak kecanduan game terhadap fisik anak antara lain:

  • gangguan Makan;
  • gangguan tidur;
  • gangguan sosial;
  • bolos sekolah;
  • kejang;
  • tekanan emosional.

Dalam kesempatan itu, salah satu pemateri bertanya kepada dr. Aliyah soal anak-anak yang sering nonton YouTube sambil makan malah makin lapar.

Apakah itu termasuk gangguan fisik akibat kecanduan gadget?

“Ya waktu dia (anak) nonton YouTube, lagu, lalu memberinya makan, habis banyak, tapi dia tidak paham proses memakannya, konsentrasinya ada pada lagu, bukan pada makanan,” jawab Aliyah.

“Sehingga nantinya hal ini berdampak pada bagaimana dia memahami fungsi makan, karena pada anak-anak terutama 2 tahun dibawah 5 tahun proses makan merupakan proses belajar,” imbuhnya.

Kondisi pandemi

Lebih lanjut dr. Aliyah menjelaskan terkait pembelajaran anak di tengah pandemi Covid-19.

Menurutnya, di saat proses belajar anak lebih banyak dilakukan secara online dari rumah, peran orang tua sangat penting dalam mendampingi anak.

Ini berlaku untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun, usia sekolah dasar, bahkan sekolah menengah.

Tujuannya agar anak tidak jatuh kecanduan.

Facebook Comments