Keliling Bawa Tuyul Selama 40 Tahun, Kakek Ini Sanggup Biayai Anak Sampai Jadi Guru

0
276
Keliling Bawa Tuyul Selama 40 Tahun, Kakek Ini Sanggup Biayai Anak Sampai Jadi Guru
Keliling Bawa Tuyul Selama 40 Tahun, Kakek Ini Sanggup Biayai Anak Sampai Jadi Guru

Meski sudah berusia 70 tahun, Rahmat Ali, kakek dari Sukabumi, Jawa Barat, tetap bekerja keras. Link alternatif Login Daftar Bagong4d 2021

Rahmat Ali menekuni profesi sebagai mobile tension service yang dikutip dari artikel Tribun Jabar “Menjaga ‘Tuyul’ Sejak 40 Tahun Lalu, Kakek Ini Mampu Menyekolahkan Anaknya & Menjadi Guru”.

Jika melihat saat ini, layanan tekanan darah keliling mungkin jarang terjadi.

Namun, hal ini rupanya masih bisa ditemukan di Sukabumi.

Rahmat Ali, warga Kampung Cirumput, Desa Salaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, masih mempertahankan profesinya sebagai jasa tekanan darah.

Ia telah berprofesi sebagai penyedia layanan tekanan darah keliling selama 40 tahun. Bandar Togel Terpercaya Ngamentogel 2021

Meski usianya sudah lanjut, rambutnya sudah beruban, janggutnya sudah memutih, ia tetap terlihat sehat.

Kakek Rahmat Ali adalah seorang pekerja ketegangan keliling saat melayani warga. (Tribun Jawa Barat / Fauzi Noviandi)
“Hampir setiap hari saya bawa tuyul ini kemana-mana,” ujarnya sambil menunjuk kotak merah panjang saat ditemui di Jalan Perpustakaan, Kota Sukabumi, Rabu (24/3/2021).

Tuyul yang ia maksud bukanlah tuyul yang sering dianggap masyarakat supranatural.

Tuyul yang dimaksud dengan kakek tinggi kurus adalah alat kesehatan yaitu tensimeter.

“Sudah hampir 40 tahun, alat ini bisa menghasilkan uang, juga bisa menghidupi istri dan anak-anak saya. Makanya saya selalu menyebutnya tuyul,” ujarnya sambil tersenyum lebar kepada beberapa orang di sekitarnya. Link Alternatif Login Perkasa Jitu Togel

Kakek bertopi belang ini bercerita bahwa sebelum bekerja sebagai pemberi layanan tekanan darah keliling, ia menjadi tenaga pendidik kesehatan honorer di Kabupaten Sukarja, Sukabumi sekitar akhir tahun 1970-an.

Dulu menjadi penyuluh kesehatan, kakek lulusan Sekolah Menengah Atas (SLTA) ini digaji Rp. 15 ribu perbulan, setelah menginjak satu tahun gajinya sebagai honorer meningkat menjadi Rp. 35 ribu perbulan.

“Saat itu gajinya Rp 35 ribu, sedangkan utang ke toko untuk kebutuhan rumah tangga mencapai Rp 45 ribu. Setelah hampir tiga tahun menjadi trainer, saya mencari pekerjaan lain,” ujarnya.

Akhirnya, sekitar tahun 1973, Rahmat diterima di sebuah perusahaan batu bara sebagai teknisi.

Namun tidak berlangsung lama, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari pekerjaan lain di kota lain.

Berbekal pendidikan kesehatan sebagai pendidik kesehatan honorer, ia memutuskan untuk bekerja sebagai penyedia layanan ketegangan paku keling.

“Saat itu, saat dia memulai sebagai jasa tegang yang memukau, setiap orang membayar Rp 1,00, dan dalam sehari bisa mendapatkan Rp 80 ribu,” katanya.

Dia tidak menetapkan harga untuk pelanggannya.

Namun dari jasanya, dia bisa mendapatkan Rp. 30 ribu sampai dengan Rp. 50 ribu per hari.

Tidak jarang dia menemukan orang yang tidak membayar jasanya.

Selama hampir 40 tahun dia telah melakukan pelayanan ketegangan keliling.

Ia berhasil menyekolahkan anaknya di Bandung.

Kini putranya telah menjadi guru dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (ASN).

“Ada empat anak, dua laki-laki dan dua perempuan, tapi salah satu anak saya meninggal. Sedangkan dua anak perempuan sudah kawin dan dibawa suami. Alhamdulillah salah satu anak saya sekarang jadi guru,” ujarnya sembari merapikan rumah. perangkat ketegangan yang sudah dia gunakan.

Sekarang hampir setiap hari dia membawa tas selempang dan tas hijau di pinggangnya. Dia memegang alat tekanan darah.

Selangkah demi selangkah ia menyusuri kawasan permukiman hingga perkantoran di Kota dan Kabupaten Sukabumi untuk mencari warga yang ingin menggunakan jasanya.

Facebook Comments